Kamis, 27 Juni 2013

Segelincir Kisah Saat Kepergian Ayah Tercinta


Semua berawal disore hari saat hujan turun dengan sangat lebat .
Seorang tetangga datang kerumahku dengan sangat terburu sambil membawa sekantong pakaian dan selimut,
pada saat itu aku sedang menghidupkan MP3 sekencang-kencangnya .

Dengan muka kesal tetanggaku itu bilang "udah jie,jangan senang-senang gini, ayahnya lagi sakit"
jantungku berdegup kencang, karna aku gak tau sama sekali apa yang terjadi saat itu .

Ayah sakit apa ? karena selama hidupnya ayah tidak pernah mengidap penyakit serius , hingga dibawa kerumah sakit .
[tanyaku dalam hati]
belum sempat bertanya, tetanggaku itu meluncur dengan sepada motornya dengan kecepatan tinggi .


malam harinya aku masih bertanya-tanya,
Ayah kenapa, kenapa gak ada yang mengabari aku dan adik2ku ?
dan satu lagi ibuk kemana ?? tak aku lihat sosok ibuk sejak sore .
huft .. mudah-mudahan ini bukan kabar buruk .

Pada malam itu aku dan adik-adik diminta tidur dirumah tetangga, karna hingga jam 9 malampun ibuk belum pulang kerumah .. aku dan adik2 semakin bingung ..kulihat para tetangga sibuk berbisik-bisik menyebutkan nama ayahku , perasaan kami semakin tidak karuan .
Prasangka buruk ini terbukti saat temanku berbisik kepadaku.
"kakak yg sabar ya, ayah lagi d.R.S karna kecelakaan sore tadi"

Seperti mendengar Petir tanpa adanya Hujan ..Astaghfirullah y Allah ..Hatiku benar-benar terguncang waktu itu.
ingin menangis, tapi aku harus kuat dihadapan adik2 yang masih pada kecil2 .. adik2 belum harus tahu tentang keadaan ini .. sedih ini aku pendam sendiri .

Ternyata benar,
Bisikan temanku itu terbukti, saat aku mendengar pengumuman di mesjid kompleks Rumahku
"Diberitahukan kepada Bapak/Ibu warga Asrama Polri Alai, bahwa saudara kita Bapak Cokditiawarman membutuhkan darah Golongan A+, yang sekarang berada di rumah sakit Umum M. Djamil Padang......."

Yaa Tuhaaan .. Kenapa aku tahu ini dari orang lain .. kenapa bukan dari ibuk .. kenapa bukan dari tetanggaku .. apa aku tidak boleh mengetahui kabar ayah kami sendiri .. ?
ingin sekali rasanya aku ini menyumbangkan sebagian darahku untuk ayah , tapi tak mungkin rasanya mengingat umurku yang masih 13 tahun waktu itu (Waktu kelas 1 SMP semester Akhir)

Malam itu aku benar-benar tidak bisa tidur,aku tidak tenang memikirkan ayah ..
kenapa aku dan adik-adik belum juga dibawa kerumah sakit?


Besok pginya ibuk pulang dengan mata sebam , kemudian ingin pergi lagi dengan membawa tas yang berisi pakaian dan termos .
Ibuk yang super tegar menyembunyikan air matanya , cuma berpesan :
"doakan ayah baik-baik yaa naak ,ayah sebentar lagi mau dioperasi"
"ejhi mauu ikut buk ,, ejhi mau jaga ayah dirumah sakit"
"ejhi dirumah aja dulu yaa nak y, jaga adik-adik dulu, jangan kemana-mana. !"
:( :(

Hatiku lirih melihat air mata ibuk pada saat itu .

Perasanku benar-benar gak tenang.
bagaimana tidak 2 hari 1 malam aku tidak dipertemukan dengan ayah ,yang keadaannya benar-benar kritis saat itu .

Pada malam kedua, tetanggaku membawa kami menuju rumah sakit ..
aku ingat sekali, bau ruangan UGD RS. M. Djamil itu,, bagaimana hiruk pikuk banyaknya tetangga kami yang berkunjung.
dan anehnya suster2 disana membiarkan teman2 ayah, para tetangga, masuk berbondong2 ke ruangan UGD tersebut, yang seharusnya hanya boleh dimasuki oleh 2 orang ..mereka merangkul ku ,, menabahkanku ..tapi tak ada yang bisa menenangkanku sebelum aku bertemu ayah ...

Sesampainya diruangan ayah,
Aku benar syok melihat sosok ayah yang benar-benar kaku dengan kepala gundulnya, badannya juga dikelilingi dengan selang-selang hampir diseluruh tubuhnya. (dikepala,dihidung,ditangan,diperut )

saking banyaknya selang yang menutupi badan ayahku,
Adik bungsuku "dhira" (saat itu berumur 2,5 tahun), sama sekali tidak mengenal ayahnya sendiri, sampai menangis minta pulang karena rasa takutnya.

"ayah, kuatkan dirimu saat ini, aku benar-benar tidak sanggup melihatmu yang berjuang untuk hidup"

Dengan air mata yang tak pernah henti serta badan lemah ,
ibuk memelukku erat
"kita hrs tabah dengan apa yang akan terjadi y nak, ini takdir Tuhan"

Disamping ayah, aku membaca Surat Yasin dan Ayat-ayat Al-Qur'an buat menguatkan beliau,
ternyata tidak sia-sia, detak jantung ayah yang sebelumnya 56, naik menjadi 87 , begitu seterusnya .
Subbhanallah,

tapi semua alat-alat yang melekat itu hanya sesaat ,
karena dokter berkata kepada kami, yang menghidupkan detak jantung ayah itu, adalah bantuan alat-alat yang melekat ditubuhnya, lepas dari itu ayah tak terselamatkan lagi ...

Innalillahi,wainnailaihiroji'un.

Kami melepas kepergian ayah, karena benar-benar tidak bisa tertolongkan lagi ,
karena ayah menderita "pendarahan hebat diotaknya"

kami semua benar-benar tidak sanggup menghadapi semua ini.
Tapi ini semua jalan Tuhan. kami tidak bisa menampiknya .
Y Allah kami Ikhlas melepas kepergian Ayah kami .Ini semua Takdir-Mu .. Berikan ketenangan buat ayah kami tercinta


(sebenarnya pada sore saat kejadian ayah kecelakaan itu, adik bungsuku merengek ingin sekali ikut dengan ayah, tetapi  sekeras hati beliau tidak mengajak adikku itu ikut, mungkin Tuhan sudah merencanakan semuanya.)